We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Menantu Dewa Obat

Chapter 409
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

 

Bab 409 

Nara menggertakkan gigi dan berkata dengan geram, “Ini bukan mengungkit masalah lama tetapi yang aku

katakan ini memang kenyataan!” 

“Aku masih tetap dengan ucapanku tadi. Hlutang Reva kepada keluarga kita sudah lunas.” 

“Rumah ini miliknya dan tidak ada hubungannya dengan keluarga kita!” 

Axel dan Alina sangat marah dan masih ingin berbicara. 

 

Tetapi Hana langsung menyela dan berkata dengan sinis, “Sudahlah, pa, ma, jangan bicara lagi.” 

Apa kalian masih belum menyadarinya?” 

Vara, sejak tadi kau terus mengatakan bahwa rumah ini milik Reva dan tidak ada hubungannya dengan kami.” 

Sebenarnya, kau sendiri yang ingin pindah ke sini dan tinggal di villa yang mewah ini kan, lalu kau sengaja

membiarkan papa dan mama tetap tinggal di rumah yang bobrok itu?” 

“Dengan kata lain, kau hanya ingin menyingkirkan kedua orang tuamu saja ya, kan?” 

“Dulu waktu mencari menantu yang menikah ke dalam rumah, kau selalu mengatakan bahwa dia akan disuruh

untuk merawat papa dan mama.” 

Tetapi sekarang kau lihat sendiri, setelah ada perusahaan,villa dan mobil mewah, kau malah ingin menyingkirkan

kedua orang tuamu.” 

Akhirnya aku baru mengerti bahwa orang yang hati nuraninya sudah tertutup ternyata bisa melakukan hal

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

apapun.” 

“Pa, mi kalian jangan marah lagi 

“Kalian anggap tidak pernah memiliki putri seperti itu saja. Bagaimanapun juga kalan masih ada 

“Tenanglah, meski kehidupanku sangat sulit sekalipun, aku pasti akan berbakti kepadamu dan merawat kalian di

masa fua kalian 

Iliro, kau mendukungku atau lidak?” 

Stiro langsung mengangguk, “lana, ucapanmu benar sekali!” 

Jarhang itu harus punya hati nurani” 

“Tidak milah bagi kedua orang tuamu untuk membesarkanmu Berapa banyak kesulitan dan Jengorbanan yang

telah melalui 

e ma bertahun–tahun 

*Papa dan muama sudah tu kalau kita yang sebagai anak–anaknya tidak berbuat apakah masih layak dikalakuan

sebagai manusia 

“Pa, ma, meskipun aku bukan menanti yang menikah ke dalam keluarga kalian tetapi kalian juga selalu

memperlakukan aku seperti puta kalian sendiri 

“Bagiku, kalian adalah orangtuaku Nemci juga tak peduli sebep sulit dan lelahnya aku pasti akan tetap menjaga dan

merawat kalian dengan baik 

Setelah mereka saling m 

n embuat Axoldan Alina menangis 

“Nana, Naruppamulamkanclali bombu kemas dalam sepanjang hidup kami untuk menyekolahkan lengan

memberikan pendidikan yang baik kepadamu.” 

“Adikmu selal punts sekolah sejak awal hanya karena tem membiarkanmu mclanjutkan sckol.umu.” 

“Tetapi pada aklumnya setelah kau sukses can berhasil, kan malah memperlakukan kami seperti 

“Abal, aku ber – Den 111k berana Aku Tak mampu menikmu dengan buk!” war Alina Sambil menyekan matanya 

Nara merasa sangat marah sekali 

Dulu itu llama sendiri yang tidak ingin pergi ke sekolah sehingkiemutuskan untuk berhenti Sekolah sebelum

waktunya 

Sclauninu, pada saat itu mereka masil berada di rumah keluarg Shu yang lama 

Pada waktu itu keluarga Shu masih memiliki persahaan farmasi Shu dan itu bukan masalah yang sulit baginya untuk

pergi ke sekolah Bingumana bisa dikatakan bahwa mereka telah berusaha keras untuk menyekolahkannya 

Dan si Iliro itu juga sangat pandai berpura–pura 

Ucapan macam apa itu yang mengatakan akan merawal mereka seperti orang tuanya sendiri? 

Orangtuanya sendiri saja entah kapan dia pernai merawatnya? 

Kalau bukan karena melihat keluarga kami memiliki perusahaan ini apakah dia masih akan berlagak scolah–olah

begitu berbaku? 

Orang tuanya sendiri saja masih bertani di pedesaan! 

Nara hanya berxuram di dalam hatinya, dia tidak berani mengucapkan semua kata–kata ini. 

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Kalau dia mengucapkan ini semua, imasalah ini janti tak akan ada habisnya 

Kemudian dengan perlahan Axel menggelengkan kepalanya dan berkata, “Tidak peduli seberapa banyak pun kat

menghasilkan uang tetapi sebagai manusia itu harus tetap ingat dengan jasa dan budi orang 

“Aku benar – benar tidak menyangka bahwa anak – anak yang aku didik sendiri akan melupakan jasa – jasa orang

tuanya sendiri!” 

“Nara, apa kau sudah lupa, waktu kecil dulu ketika mama–mu mengajakmu pergi bermain?” 

“Saat sebuah sepeda motor datang, mama–mu lah yang memelukmu dan menghadang sepeda motor itu dengan

punggungnya.” 

“Sampai sekarang pun bekas luka itu masih membekas di punggung mama–mu.” 

“Dan saat cuaca mendung dan hujan, sekujur tubuh mama–mu kesakitan.” 

“Pantaskah kau bersikap seperti itu kepada mama–mu?” 

Mata Nara memerah. Mau tak mau dia mengingat kembali hal – hal itu di masa kecilnya. 

Sebenarnya orang tuanya memang sangat baik kepadanya. 

Dan alasan mengapa dia merasa kesal kepada orang tuanya adalah karena melihat ketamakan dan ketidakadilan

mereka terhadap Reva. 

Namun saat mengingat kembali peristiwa di masa lalu itu membuatnya sulit untuk bersikap tega terhadap kedua

orang tuanya. 

Reva menghela nafas. Tentu saja dia mengerti perasaan Nara yang merasa serba salah itu. 

Setelah keheningan yang cukup lama lalu dengan lembut Reva memecah keheningan itu. Dia berkata, “Pa, Ma,

lebih baik kalian pindah dan tinggalah di sini.”

 

 

Previous Chapter

Next Chapter