We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Menantu Dewa Obat

Chapter 474
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

 

Bab 474 

Malamnya saat Reva dan Nara pulang ke rumah, mereka melihat ekspresi Axel dan Alina tampak jelek sekali. 

“Pa, Ma, kalian sudah pulang?” 

“Katanya mau pergi dua tiga hari?” ujar Nara dengan terkejut. 

Dengan marah Alina berkata, “Dua tiga hari?” 

 

“Kami baru pergi satu hari saja, rumah ini sudah mau dibuat terbalik. Kalau aku benar–benar pergi selama dua tiga

hari, rumah ini mungkin sudah hilang!” 

Nara mengerutkan keningnya. Tampak Alina sangat emosi sekali. 

Lalu dia melihat Hana yang duduk di sofa dengan ekspresi angkuh. 

Tak perlu diragukan lagi, dalangnya pasti Hana yang berada di balik semua ini. 

Nara buru – buru berkata, “Ma, apa Hana yang mengadu kepadamu?” 

“Aku kasih tahu yah, Hana sudah bohong kepadamu. Kau tidak tahu situasi di rumah ini, aku...” 

Alina langsung menggebrak meja dengan keras. “Diam kau!” 

“Reva, kemari kau!” 

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Dengan resah Nara berkata, “Ma, bisa tidak kau dengarkan ucapan aku sampai selesai dulu?” 

“Hana membawa sekelompok orang yang tidak jelas ke rumah ini. Mereka semua mengacau dan membuat rumah

ini berantakan...” 

Dengan marah Alina berkata, “Orang tidak jelas bagaimana?” 

“Mereka itu adalah mitra kita. Mitra apotek kita di kemudian hari.” 

*Kali ini kedatangan mereka ke rumah itu telah disetujui oleh papamu dan aku!” 

Nara langsung terperangah. Mitra bisnis macam apa mereka semua itu? 

Alina memclototi Reva. “Reva, aku tanya kepadamu, apa maksudmu sebenarnya?” 

“Mentang – mentang kau bisa minum banyak jadi kau sengaja memaksa orang–orang untuk minum hingga muntah

darah. Apa dengan begitu kau merasa kau sangat hebat, begitu?” 

“Olakmu itu sudah rusak yah? Apa begitu cara keluargamu menjamu tamu?” 

“Kau tclah menyinggung semua mitra kami. Apa kau tahu berapa banyak kerugian kami?” 

“Biasa hari kau juga tidak pernah menghasilkan satu sen pun untuk keluar ini. Tahunya hanya memsoya – soyakan

uang saja. Sekarang kau malah menyinggung semua mitra bisnis kami. Apa 

maumu sebenarnya?” 

“Selama tiga tahun kami telah membiayaimu. Sebenarnya kami telah melakukan kesalahan apa kepadamu?

Mengapa kau ingin menyakiti kami seperti ini?” 

Dengan marah Nara berkata, “Ma, bagaimana kau bisa berbicara seperti itu?” 

“Orang – orang itu semuanya preman. Mitra bisnis macam apa mereka itu? 

“Mereka datang ke rumah ini untuk mengadakan pesta ulang tahun dan membuat rumah ini berantakan.” 

“Lagipula, mengapa dikatakan Reva yang memaksa mereka minum? Jelas – jelas mereka yang ingin membuat

Reva mabuk.” 

“Ada lebih dari 30 orang yang memaksa Reva untuk minum tetapi mereka tidak mampu melawan Reva. Jadi mau

salahin siapa?” 

Dengan marah Alina berkata, “Diam kau!” 

“Kau cuma tahu membela dia saja. Kau lihat dia sudah seperti apa sekarang? 

“Semalam kau memukul Hiro, kan?” 

“Aku mau tanya, siapa yang menyuruhmu memukulnya? Berani sekali kau memukuli menantu aku?” 

Mata Nara langsung melebar, “Ma, apa... apa maksud ucapanmu ini?” 

“Hiro memang menantumu tetapi Reva juga menantumu, kan?” 

Hana mendengus dingin. “Menantu yang bisanya cuma menumpang di rumah kita, menantu macam apa itu?” 

Nara marah. “Memangnya kenapa kalau menantu yang menumpang di rumah kita?” 

“Aku masih tetap dengan ucapan aku itu, kalau kalian masih merasa tidak puas juga, anggap saja aku telah

menikah dan mulai sekarang kita pisah harta saja!” 

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Alina langsung kesal. Dia meraih cangkir di atas meja dan langsung membantingkannya ke lantai sambil meraung,

“Apa kau pikir aku sudah mati?” 

“Waktu itu aku memintamu meminang seorang menantu itu untuk merawat dan menjaga kedua orang tuamu ini.” 

“Kami berdua sekarang belum terlalu tua hingga tak bisa bergerak dan kau sudah meminta untuk pisah harta

sekarang?” 

“Apa kami masih bisa mengandalkanmu untuk masa tua kami?” 

“Sepertinya sejak awal kau memang sudah tak ingin merawat dan menjaga kami, kan?” 

Mata Nara memerah karena marah. “Ma, aku..... aku tidak bermaksud seperti itu...” 

“Maksud aku, mereka berdua juga menantumu, kau... kau juga tidak bisa terlalu pilih kasih!” 

Dengan marah Alina berkata, “Aku pilih kasih?” 

“Sekarang Reva yang memukul Hiro, bukan Hiro yang memukul Reva.” 

“Apa aku tidak boleh bertanya mengenai hal ini? Apa Hiro memang sepatutnya di pukul ?” 

“Kalau aku sama sekali tidak mengatakan apa – apa itu baru dikatakan pilih kasih!”

 

 

Previous Chapter

Next Chapter