We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Ruang Untukmu

Bab 1236
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 1236 Jatuh Cinta Lagi

“Lathan, bangun! Apakah kamu baik–baik saja?”

Akhirnya Lathan siuman tetapi masih panik dan kaget. Hal pertama yang dia lihat adalah wajah Qiara. Kemudian,

tiba–tiba, dia memeluk Qiara dan meraung–raung seperti anak kecil.

“Qiara…”

Qiara terkejut dengan reaksinya. Dia mengira Lathan ketakutan karena kejadian yang tidak disangka–sangka tadi,

maka segera menepuk–nepuk punggungnya dan menenangkannya. “Tidak apa–apa, tenanglah. Kamu aman.”

Saat itu, sebuah tangan tiba–tiba mencengkram Lathan dan menyeretnya ke sisi jalan. Tangan itu adalah tangan

Nando. Setelah menjauhkan Lathan dari Qiara, dia menepuk–nepuk tangannya karena jijik.

Di bawah sorot lampu jalan, mereka melihat wajah Lathan dan tangannya tergores. Dia terlihat merana dan

berantakan.

“Maafkan saya! Maaf, Pak! Apakah Anda baik–baik saja?” Pengemudi perempuan berlari menghampiri dengan

wajah pucat ketakutan. Sebelumnya, seorang laki–laki tiba–tiba menerobos lampu merah dan berlari ke tengah

jalan begitu dia mengganti gigi persneling mobilnya. Untungnya, dia berhasil menginjak pedal rem tepa waktu;

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

kalau tidak, dia tentu telah membunuh seorang pejalan kaki malam ini.

Lathan yang ketakutan tiba–tiba menggenggam tangan Qiara erat–erat. Tadi, ketika berada di ambang kematian,

suara Qiara yang menghapus ketakutannya. Suaranya adalah suara paling – merdu dan bagai suara malaikat yang

pernah dia dengar.

Setelah insiden ini, Lathan mampu menghilangkan perasaannya pada Bianca. Akhirnya dia sadar kalau Qiara

adalah perempuan yang baik dan penyayang, dan menyesali perbuatannya. terdahulu.

“Qiara, maafkan saya. Saya benar–benar minta maaf. Maukah kamu memaafkan saya?” Lathan tersedu–sedu

sambil menggenggam tangan Qiara erat–erat.

Qiara mencoba menarik tangannya tetapi sia–sia karena Lathan menggenggamnya dengan keputusasaan seorang

laki–laki.

“Baik, tenanglah. Apakah kamu ingin ke rumah sakit? Akan kami antar kamu ke sana,” tanya Qiara.

“Iya! Tolong bawa ke rumah sakit! Saya akan mengganti tagihan rumah sakitnya,” pengemudi perempuan itu

mendesaknya karena khawatir.

Keadaan Lathan baik–baik saja selain syok dan beberapa luka gores di tubuhnya. Dia

mengibaskan tangannya ke pengemudi perempuan itu dan berkata, “Pergilah. Anda tidak perlu mengganti rugi.”

Meskipun begitu, pengemudi perempuan itu masih khawatir. “Sebaiknya Anda pergi ke rumah sakit untuk

mengobati luka.”

Lathan duduk di sisi jalan dan berkata kepada pengemudi perempuan itu, “Saya tidak akan meminta pertanggung

jawaban dari Anda. Pergilah

Pengemudi perempuan itu mau tidak mau lanjut pergi karena Lathan enggan bekerja sarna. Qiara melirik Nando

lalu berbicara pada Lathan, “Kami akan mengantarmu ke klinik dekat sini untuk membersihkan lukamu.”

“Oke.” Lathan mengangguk.

Kedua keluarga belum meninggalkan restoran, sehingga tidak tahu apa yang terjadi di bawah sana. Semua

anggota Keluarga Perwira menuntut jawaban dari Maggy dan Biantara, sementara Maggy dan Biantara terus

meminta maaf atas perbuatan Bianca.

Nando kemudian mengemudi mobilnya demi berjalannya ‘pertunjukan‘ itu. Jadi, Qiara duduk di kursi penumpang

depan sementara Lathan di belakang; kakinya masih lemas karena masih terpukul. Nando menyalakan navigasi

dan melaju ke klinik terdekat. Lathan berjalan ke klinik, diikuti Qiara di belakangnya.

Dokter membuat resep untuk beberapa salep sterilisasi sementara perawat membalut luka gores Lathan dengan

gerakan cepat dan tangkas.

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Saat perawat membersihkan dan membalut lukanya, Lathan menatap Qiara lekat–lekat. Dia tidak sanggup

mengungkapkan rasa terima kasih dan cintanya hanya melalui sorot matanya. Namun, tepat saat itu, sesuatu yang

kuat muncul dari lubuk hatinya.

Dia jatuh cinta pada Qiara setelah insiden malam ini.

Nando merasa tidak nyaman saat melihat sorot mata Lathan yang berapi–api dan penuh gairah tertuju pada Qiara.

Oleh karena itu, dia meraih lengan Qiara dan berkata, “Ayo kita pergi.”

“Tidak! Qiara, jangan pergi,” cepat–cepat Lathan memekik.

Qiara bahkan tidak sempat berkata apa pun ketika sebuah kekuatan telah menariknya keluar dari klinik.

“Dia tidak akan mati, maka kamu tidak perlu mengasihaninya,” ucap Nando dingin. Dia membuka pintu

penumpang depan dan mempersilakan Qiar masuk ke dalam.

Qiara berkedip saat menafsirkan ucapannya. Dia benar. Selama Lathan masih hidup dan baik- baik saja,

keluarganya tidak akan mengejar–ngejar keluarga Qiara. Namun, karena Bianca, kedua keluarga yang dulunya

berteman baik, sekarang menjadi musuh.

“Kita mau ke mana?” tanya Qiara.

“Kamu ingin pergi ke mana?”

“Hmm…” Qiara menyipitkan matanya sambil berpikir.