We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Ruang Untukmu

Bad 1195
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 1195 Kejutan yang Tidak Menyenangkan

Perhatian Biantara dan Mega beralih ke putri tertuanya yang kabur dari rumah, sehingga tidak menyadari senyum

licik tersemat di wajah putri bungsunya itu. Akhirnya saya berhasil mengusir pengganggu di rumah ini! Mulai dari

sekarang Kediaman Keluarga Shailendraakan menjadi surga bagi saya!

“Dia tidak membawa mobil, bahkan tidak membawa tasnya. Yang dibawa hanyalah ponselnya! Apakah dia akan

baik–baik saja?” Mega sangat mengkhawatirkan Qiara. “Jangan khawatir, Bu. Saya akan mencoba membujuk Qiara

pulang,” ucap Bianca sambil menenangkannya. “Ibu hanya ingin kalian berdua akur. Ibu tidak menyangka Qiara

sangat keras kepala,” ucap Mega.

“Saya juga ingin akur dengan Qiara, Bu. Saya tidak tahu apa kesalahan saya… Sepertinya dia selalu mencari–cari

kesalahan dalam diri saya. Mungkin seharusnya saya tidak pulang ke rumah ini sedari awal. Dia tidak akan semarah

ini jika saya tidak datang saat itu,” ucap Bianca sambil terisak.

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

“Ini bukan salahmu sama sekali. Kami sangat beruntung kamu kembali pulang ke rumah,” ucap Mega sambil

memeluk Bianca penuh cinta. Kesedihan dan penderitaan yang Mega rasakan saat kehilangan putrinya akhirnya

sirna setelah kepulangan Bianca. Sementara itu, Qiara tidak memanggil taksi setelah kabur dari rumah. Air mata

terus mengalir saat dia berlari keluar dari rumah. Dia tidak pernah merasa begitu sedih sampai remuk hati seperti

ini sepanjang hidupnya -bertahun–tahun dia menyimpan kenangan manis akan orang tuanya yang penyayang,

tetapi tampaknya dia tidak bisa mengingat kembali bagaimana bahagianya dicintai setelah setahun belakangan ini.

Mungkin sayalah yang tidak diinginkan di rumah itu!

yang

dialami

Setelah sampai pada kesadaran itu, air mata mengalir deras di pipinya. Namun, tak lama raut muka penuh tekad

segera terpancar di wajah Qiara beberapa saat kemudian. Dia pun menyeka air matanya dengan punggung

tangannya. Demi siapapun, saya tidak akan pulang ke rumah. Saya rasa memang sudah waktunya saya hidup

mandiri. Ke mana saya harus pergi? Dua sahabat saya memiliki kekasih, tidak pantas jika saya mengganggu

mereka malam begini. Lupakan saja. Saya akan tinggal di hotel mana saja untuk bermalam.

Qiara baru saja membuat rencana ketika langit mulai bergemuruh. Petir yang menyambar di antara awan seperti

ular yang sedang merayap, dan pemandangan itu membuat Qiara takut. Tanpa aba–aba, hujan pun turun, seakan

tercurah dari langit, diikuti suara petir bersambaran. Qiara kaget sehingga menutupi kepalanya sambil berlari

mencari tempat berteduh. Dia melirik mal yang ada di seberang. Tidak ada jalur pejalan kaki antara tempat dia

berdiri dan mal, tetapi berhitung cermat bahwa dia bisa berlari ke sana.

Dia menengok ke kiri dan kanan dan memastikan dirinya aman untuk menyebrang. Namun, dia tidak menyadari

ada mobil mewah berwarna hitam yang sedang melaju kencang dari kejauhan. Pengemudi mobil itu sedang

terburu–buru, dan saat itu berjarak sekita dua puluh meter dari Qiara ketika menyadari keberadaannya. Percikan

api ke luar dari ban mobil saat pedal rem berdecit

bukan kepalan sebelum mobil berhenti. Gadis yang sedang menyebrang jalan itu terkejut

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

bukan kepalang sampai kakinya terasa lemas–saat tersadar, dia sudah tergeletak di tanah dengan cipratan air ke

seluruh wajahnya.

Udara hangat berhembus dari mobil hitam yang ada di depannya–rasanya seperti ada binatang buas yang sedang

bernapas di depan wajahnya. Mata Qiara berputar sebelum pingsan. Di saat yang sama, seseorang dengan tubuh

ramping bergegas turun dari mobil dan membungkuk untuk memeriksa gadis yang pingsan itu. Dia basah kuyup.

Tanpa berpikir dia langsung menggendongnya ke dalam mobil dan membawanya ke rumah sakit Grup Prapanca.

Beberapa dokter dan suster sudah bersiap di koridor unit gawat darurat saat mobil mewah itu tiba. Dengan cepat

mereka membawa gadis itu masuk ke dalam ruang darurat. Sementara itu, seorang suster yang penuh perhatian

membawakan handuk bersih untuk laki–laki tersebut. “Anda harus menyeka wajah, Pak Nando!”

Laki–laki yang hampir menabrak Qiara adalah Nando. Dia menerima handuk yang ditawarkan dan menghela

napas. Bagaimana mungkin saya mengantisipasi ada orang yang akan menyeberang di tengah hujan deras begini?

Saya tentu tidak akan membawa gadis ini ke ruang gawat darurat jika saja menginjak pedal rem sedetik kemudian,

tetapi ke pemakaman. Gadis itu berlumuran tanah dan air hujan yang kotor, sehingga Nando tidak menaruh

perhatian padanya. Namun, dia mengira gadis itu akan segera pulih dari pingsannya karena terkejut.