We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Ruang Untukmu

Bad 1245
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 1245 Tawaran Nando untuk Tinggal di Tempatnya

Tidak, saya tidak akan memberikan orang seperti Bianca mendekati Nando.

“Ayo pergi!” Ucap Nando padanya. Mengetahui suasana hatinya sedang buruk, dia menggenggam tangannya saat

mereka naik ke lantai atas.

Awalnya, Qiara tertegun. Perasaannya menghangat saat pria itu menggenggam tangannya dan kesedihan yang dia

rasakan di rumah perlahan menghilang.

Saat Bianca menyakitinya, Nando akan menyembuhkan lukanya.

Di dalam restoran, pria itu memicingkan matanya sambil bertanya, “Jadi, katakan pada saya. Apa yang membuat

kalian bertengkar?”

Qiara tidak ingin menyebarkan urusan pribadi keluarganya. Dia juga tidak ingin Nando. mengetahui kalau Bianca

tengah menyusun rencana mendekatinya dan menggodanya. Dia memang tidak berniat menyebarkan tentang

rasa malu yang dimilikinya terhadap adiknya itu kepada orang lain.

Apalagi, dia tidak terlalu mengenal pria itu dengan baik. Dia berpikir jika dirinya adalah orang yang mudah digoda

oleh wanita lain, maka dia tidak akan mau memulai hubungan dengannya.

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Oleh karena itu, dia pertama–tama harus mengetahui orang macam pria itu. Dia tersenyum getir dan menjawab,

“Bukan apa–apa, hanya pertengkaran biasa antar–saudara.”

“Jika kamu percaya pada saya, kamu tidak perlu tinggal di hotel. Kamu bisa pikirkan untuk tinggal bersama saya,”

ungkap Nando.

“T–Tapi, apa itu tidak akan merepotkan?” Ketertarikan diam–diam muncul di matanya. Dia pernah berpikir untuk

tinggal di rumahnya, namun dia terlalu malu untuk mengungkapkannya.

Untuk Nando sendiri, berdasarkan pengalaman hidupnya selama dua puluh empat tahun, dia adalah pria yang

sangat bisa dipercaya.

Sambil menyunggingkan senyumnya, Nando mencoba membujuknya, “Apa kamu lupa? Jika kita bersama,

bukankah kita harus hidup bersama agar bisa lebih dekat? Jika tidak, bagaimana kamu akan mengenal saya lebih

baik?”

Qiara terdiam untuk beberapa saat. Apa dia harus berterus terang seperti itu?

“Baik, saya terima tawaranmu.” Qiara masih mengingat simpanan cemilan milik pria itu. Jika dia tinggal di

rumahnya, dia bisa memakan semua cemilan yang dia inginkan secara gratis. Dia bisa menggunakan hubungan

mereka sebagai alasan untuk memakan semua cemilan lezatnya. Bukankah itu sesuatu yang harus dicari?

Sementara itu, perasaan Nando menjadi campur–aduk. Meskipun wanita itu segera menyetujui usulannya, dia terus

berpikir apakah dia akan melakukan hal yang sama jika yang menawarinya adalah pria lain.

Dia tidak tahu kenapa, tapi dia merasa wanita di depannya itu sangat polos sampai dirinya. mengkhawatirkannya.

Apalagi, dia baru merasa tenang jika wanita itu berpacaran dengannya.

Saat itu, ponsel Qiara berdering. Dia menatapnya dan langsung merasa gugup. “Ini ayah saya.”

Setelah bergantian menatap ponselnya dan Nando, dia memutuskan untuk mengangkat panggilan itu secara

pribadi agar pria itu tidak menyaksikan dirinya dimarahi.

“Maaf, saya ingin mengangkat panggilan ini dulu.” Segera setelah itu, dia meraih ponselnya dan keluar dari

restoran sebelum menjawabnya di koridor.

Mengetahui ucapan pertama ayahnya pasti akan terdengar sangat keras, dia menjauhkan ponselnya darinya

setelah menjawabnya.

“Qiara Shailendra, di mana kamu?” Seperti dugaannya, suara ayahnya terdengar sangat keras.

Dia merengut sedih sebelum membawa ponselnya mendekat di telinganya dan menjawab, “Ayah, saya sedang

makan siang bersama teman saya.”

“Adikmu sedang cedera parah, tapi kamu justru masih punya selera makan? Untungnya Bianca tidak cacat. Apa

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

kamu tahu akibatnya jika dia sampai cacat?”

Qiara diam–diam menyangkal jika Bianca tidak mungkin membuat dirinya sendiri cacat. Dia bahkan memilih untuk

memukul bagian kepalanya yang masih bisa dia lindungi dengan rambutnya. Bagaimanapun, Qiara bisa melihat

betapa jahatnya Bianca.

“Ayah, saya benar–benar tidak mendorongnya. Dia yang melakukannya sendiri.” Qiara hanya bisa mencoba

menjelaskan semuanya pada ayahnya karena dia tidak ingin disalahkan dalam kejadian

ini.

“Beraninya kamu mengarang alasan! Bianca tidak bodoh. Bagaimana mungkin dia melakukannya sendiri? Selain

itu, apa kamu yang meninggalkan bekas tamparan di wajahnya?” tuduh Biantara.

“Iya, saya memang menamparnya, tapi saya tidak mendorongnya. Saya akan mengakui apa pun yang saya

lakukan, tapi saya tidak akan mengakui sesuatu yang tidak saya lakukan.” Dia adalah orang yang jujur. Jika dia

melakukannya, maka dia akan mengakuinya. Namun jika dia tidak melakukannya, dia tidak akan mau dikambing–

hitamkan.

“K–Kamu… Lihatlah apa yang sudah terjadi! Apa kamu tidak bisa memperlakukan adikmu dengan sedikit lebih

baik? Dia sudah banyak menderita sejak kecil. Kamu adalah kakaknya, apakah kamu tidak bisa bersikap lebih baik

padanya?” Biantara juga tidak tahu harus melakukan apa pun. Dia pikir dirinya sudah terlalu memanjakan putri

sulungnya itu sampai dia berubah menjadi sosok yang bebal, angkuh, egois, dan kejam.

Sambil menahan tangisnya, Qiara menggigit bibirnya dan berkata, “Ayah, saya sudah memutuskan untuk tinggal di

rumah teman saya untuk sementara. Saya pikir rumah akan menjadi lebih tenang tanpa adanya saya.”